Laksamana TNI Pur. Rudolf Kasenda

Ia tak pernah berbicara menyitir ayat-ayat Alkitab sebagai kitab suci agama yang dianutnya. Ia tak pernah merangkai pengalaman spiritualnya dengan berbagai ayat-ayat yang dianut agama, namun Rudolf Kasenda rupanya sungguh hidup dengan agamanya secara taat. Perilaku dan sikap hidupnya sehari-hari berdiri pada gaya seorang Nasrani taat yang hidup dengan sikap low profile dan selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Sikap hidup itulah yang telah menghantarkannya menduduki posisi puncak di karir seorang angkatan laut, sebuah jabatan yang menjadi idaman bagi seluruh perwira.

Rudolf yang berasal dari Minahasa ini menjadi kebanggaan pertama komunitas masyarakatnya yang mengalami culture shock, karena ternyata ada wakil komunitas mereka yang mampu menjadi seorang Jenderal dengan pangkat bintang empat. Kebanggaan itu ditunjukkan dengan telah dianugerahkannya Laksamana kelahiran, 15 Mei 1934 ini dengan gelar adat tertinggi suku Minahasa Tonaas Wangko atau yang dituakan sebagai pemimpin tertinggi.

Bersua dengan Rudolf pertama kali, kesan kaku seeprti jadi deskripsi penampilannya. Gaya yang terkesan seperti itu lahir dari karakter Rudolf yang memang hanya sedikit bicara. Ia hanya bicara seperlunya dan langsung ke inti pembicaraan.

Sisa-sisa kedisiplinan seorang serdadu rupanya masih terselip di kantong jas Rudolf. Ia selalu menghendaki setiap tugas secepat mungkin diselesaikan saat itu, dan jika melibatkan pihak ketiga pasti akan di”uber-uber” terus. Bagi Rudolf setiap menit waktu akan menjadi sangat berharga dan tak boleh disia-siakan. “Bapak adalah orang yang disiplin soal waktu,” kata David Bangkang, sekretaris pribadi Rudolf Kasenda yang mengenal betul watak sang bossnya.

Di lingkungan kerjanya sekarang, setiap bawahan jangan coba-coba sekalipun tidak menguasai permasalahan dan mencoba melapor sesuatu hal tanpa menguasai permasalahannya, karena akan didamprat dengan kata-kata “ngawur”. Ia memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi hingga ke detail masalah serta sangat teliti.

Rudolf Kasenda, lulus Akademi Angkatan Laut tahun 1955. Ia kemudian banyak mengikuti pendidikan kemiliteran di dalamdan luar negeri, antara lain: Long ND Course di India (1961-1962), Destroyer Course (1963-1964), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut/Seskoal (1970-1971), serta pendidikan Senior Defence Management Course (1976) di Amerika Serikat.

Selama 5 tahun (1955-1960) ia banyak menghabiskan waktu sebagai perwira di berbagai KRI, kemudian tahun 1960 hingga 1961 menjadi DAN SIONAL di Palembang. Tahun 1962 hingga 1964 menjadi Perwira di atas kapal perusak TNI AL dan menjadi Komandan Kapal Frigate. Ia ditugaskan ke daerah asalnya Manado pada tahun 1964 hingga 1966. Karirnya naik tahun 1966 setelah menjabat sebagai Kepala Staf Komando Maritim X hingga tahun 1968. Rudolf kemudian memimpin Skuadron 31 Perusak TNI AL tahun 1968-1973. Arah karir militernya sudah mulai kelihatan ketika ia ditunjuk menjadi PABAN Operasi pada Departemen Pertahanan (1973-1976). Tahun 1978 hingga 1981 menjadi ASLOG Hankam dan tahun 1981 hingga 1985 diangkat menjadi Panglima Armada. Mantan Wakil Asisten Operasi pada Mabes Angkatan Laut (1976-1978) serta Deputi Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Laut (1985-1986) ini, adalah Kepala Staf Komando Penyerbuan Operasi Seroja Tim-Tim.

Rudolf menduduki posisi sebagai Kepala Staf Angkatan Laut sejak tahun 1986 hingga 1989, dan setelah tak berbaju militer lagi, ia ditunjuk menjadi Duta Besar Luar Biasadan Berkuasa Penuh RI untuk Republik Korea (1990-1993).

Rudolf adalah seorang Workaholic. Ia jauh berbeda dari kalangan Top Eksekutif kebanyakan yang biasanya, jarang tampil di kantor, kecuali jika ada rapat-rapat yang penting. Itulah yang membuat suami Tilly Sumolang dan ayah 3 (tiga) anak ini dikenal sebagai seorang Pekerja keras.

Wakil Ketua Assosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dan Ketua Assosiasi Logam Mulia Indonesia (ALMI) ini, sekarang menjadi Presiden Direktur PT. Bukit Baiduri Enterprise.

Rudolf adalah mantan Ketua Persatuan Olahraga Air Seluruh Indonesia/PORLASI (tahun 1981-1985), serta pernah menjadi Chairman Businessmen and Diplomats Association in Republic of Korea (tahun 1992-1993).
Di kalangan bisnis di Korea, nama Rudolf sangat dikenal. Ada sebuah sikap respect dari kalangan bisnis di sana tentang sikap kerja sang Laksamana yang menunjuk perkataaan Jozo A. G, seorang mantan Executive PT. Barito Pasifik Timber, “Dia (Rudolf –red) lurus seperti sebuah mistar.”
Rudolf memiliki hubungan historis dengan para pengusaha Korea, karena ia bekas Duta Besar di sana. Itu sebabnya dari tahun 1992 hingga kini ia masih menjabat sebagai Honorary Chairman of Korea Hwarang – DO Association.

Dua belas bintang jasa dan medali domestik serta tujuh penghargaan luar negeri telah ia koleksi sejak ia bertugas sebagai seorang serdadu, antara lain : 1) Bintang Daryah Kebesaran Kepahlawanan  dari Angkatan Bersenjata Malaysia, 2) The Legion of Merit dari USA, 3) Nish – I – Imtiaz dari Pakistan serta Medali dari Perancis, Thailand, Belanda dan Republik Korea.

Rudolf Kasenda meninggal dunia di Jakarta, 11 Juli 2010 pada umur 76 tahun

====================================================================

Rudolf Kasenda
Tanggal Lahir           :    15, Mei 1934
Pangkat Terakhir     :    Laksamana TNI (Pur)
Pendidikan              :    AAL (1955); Long ND Course; Destroyer Course; Sekolah Staf dan Komando; Senior                                               Defense Management
Riwayat Jabatan                :               Perwira pada beberapa kapal (1955-1960); Komandan Pangkalan Angkatan Laut Palembang (1960-1961); Komandan Pelabuhan Manado (1964-1966); Kepala Staf Angkatan Laut Wilayah X (1966-1968); Komandan Sukandron Perusak TNI-AL (1968-1973); Asisten Operasi pada Departemen Pertahanan (1973-1976); Wakil Asisten Operasi Markas Besar Angkatan Laut (1976-1978); Panglima Armada (1981-1985); Deputi Logistik Kepala Staf Angkatan Laut (1985-1986); Kepala Staf Angkatan Laut (1986-1989).

Jabatan Lain                     :   Duta Besar Indonesia untuk Republik Korea (1990-1993); Wakil Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (1996-kini); Ketua Asosiasi  Logam Mulia Indonesia (1995-kini); Ketua Umum PB PORLASI (1981-1985); Chairman Businesman and Diplomats Association in Republic of Korea (1992-1993); Honorary Chairman Korea Hwarang-Do Association; Medali Mahaputtra Adipradana, Kesetiaan XXIV Tahun, G.O.MIV, G.O.M VII, Sapta Marga, Satya Dharma, Penegak, Seroja; Bintang Daryah Kebesaran Kepahlawanan (From Malaysian Armed Forces); The Legion of Merit (From United States of America); Nish-Imtiaz (From Pakistan); Medal From French; Medal From Thailand; Medal From Holland; Medal From Brunei Darussalam; Medal From Republic of Korea.

Keluarga           :
Isteri                   :  Tilly Sumolang
Anak                   :   Decy Kasenda, Deby Kasenda, dan Daniel Kasenda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ventje H. N. Sumual

A.A. Maramis