Ventje H. N. Sumual

Di manakah posisi seorang Ventje Sumual dalam sejarah politik Indonesia, seorang patriot besar ataukah gembong pemberontak? Ia berperan sedemikian besar di sepanjang perang mempertahankan kemerdekaan negara ini. Bahkan menjadi tokoh penting di balik sejumlah tonggak besar sejarah perjuangan bangsa. Tapi ia pun seutuhnya diidentikkan dengan pemberontakan PRRI/Permesta, konflik yang secara fisik terbilang paling besar di sepanjang sejarah republik ini!

Serangan Oemoem 1 Maret adalah peristiwa monumental diselamatkannya eksistensi negara Republik Indonesia dari ancaman paling besar sepanjang sejarahnya. Wilayah negara yang secara de facto memang hanya tersisa di seputaran Yogyakarta sudah diduduki Belanda sejak Desember 1948, pucuk pemerintahan negara pun telah ditangkap dan dibuang. Sejumlah serangan umum maupun serangan sporadis yang telah dilancarkan pasukan gerilya Indonesia

nyaris tak berarti apa-apa. Sampai saat Komandan Sektor Barat Daerah Perlawanan Gerilya Mayor Sumual, dalam rapat dengan para komandan daerah perlawanan yang dipimpin Letkol Soeharto, mengajukan usul untuk melakukan serangan umum di siang hari agar memperoleh liputan pers dan perhatian Internasional. Serangan yang bergerak sejak dinihari 1 Maret 1949, dengan Sektor Barat sendiri sebagai gelombang pasukan pemukul terbesar, itu memang segera mengubah pandangan dunia, yang berpuncak pada ditekannya pihak Kerajaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia pada akhir tahun itu juga. Begitu pula jasa Sumual yang sedemikian besar dalam mendalangi Peristiwa 3 Mei 1950, aksi pemuda dan para serdadu KNIL di Sulawesi Utara untuk berjuang dalam barisan republikan dan berbalik memusuhi kolonial. Gerakan besar yang sangat strategis bagi pembinaan nasionalisme Indonesia, mengingat daerah ini tempat lama memperoleh citra sebagai “antek kolonialisme”.

Sedang citra Sumual sebagai tokoh pemberontakan dalam PRRI/Permesta itu jelas hanya akbiat dari penyesatan historiografis. Kenyataannya semua tuntutan Permesta yang diproklamirkan Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur Letkol Ventje Sumual pada 2 Maret 1957 itu diterima oleh negara dan bangsa Indonesia melalui Musyawarah Nasional dan Musyawarah

Pembangunan pada tahun itu juga (hanya kemudian disabot pihak tertentu melalui aksi Peristiwa Cikini yang difitnahkan pada Zulkifli Lubis, Sumual, dkk, sehingga harus bermuara pada meletusnya PRRI). Tuntutan Permesta untuk otonomi seluasnya pun hingga sekarang semakin terbukti sebagai kebutuhan mutlak bagi negara Indonesia. Memberontak terhadap rezim ketidakadilan tak lain adalah perjuangan mulai menegakkan keadilan!

Lahir di Remboken, Minahasa, Sulut, 11 Juni 1923, Herman Nicolas Sumual, seterusnya akrab dipanggil Ventje, adalah sosok anak manusia yang ‘gila’ belajar. Berkat sifatnya itulah ia senantiasa berada dalam kondisi siap mengemban tanggung jawab sebesar apapun di setiap ruas kehidupannya. Menjadi Panglima dengan wilayah terbesar (seluruh Indonesia Timur) di usia 33 tahun. Pada tahun 1960-an aktif menjalani misi negara ke sejumlah negara luar demi suksesnya pembangunan bangsa. Terjun ke dunia wirausaha dengan menggarap sejumlah proyek berskala besar dan membuka lapangan pekerjaan sangat luas bagi masyarakat, sembagi gencar dalam bidang sosial; dari urusan pembinaan olahraga otak (bridge), pemberian bea siswa bagi putra-putri negeri yang berprestasi, dan banyak lagi.

Kini di usia 80-an, Oom Ventje pun ternyata bukanlah seorang tua yang menjalani sisa hari-harinya dengan hanya mengenang dan membanggakan masa silamnya yang memang padat berisi karya serta perjuangan besar yang patut dibanggakan oleh siapapun. Oom Ventje tetap menatap ke depan, ia terus aktif menebarkan kearifan.

Dari sekian banyak kesibukan dan perhatiannya sekarang, ada beberapa yang ditekuninya dengan intens sebab dihitungnya sebagai hal-hal paling strategis bagi kejayaan bangsa dan masyarakat deaerah Sulawesi Utara hingga di masa jauh ke depan. Gerakan penanaman pohon seho (enau), bank prekreditan Rakyat, pelestarian lingkungan hidup, penyebarluasan falsafah Baku Beking Pande, dan gerakan penghayatan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dengan penanaman pohon seho akan teraih sekaligus sejumlah berkah yang sangat besar. Rakyat akan secara pasti mencapai tingkat kemakmuran tinggi, karena hal ini adalah proyek bernilai ekonomi tinggi yang bisa melibatkan rakyat banyak. Problem krisis bahan bakar minyak teratasi karena selain dapat diproduksi sebanyak-banyaknya, sumbernya pun dapat diperbaharui terus-menerus (renewable). Dan yang tak kalah penting, gerakan yang mulai dirintis lewat wadah Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) dan yang kian dimatangkan melalui Lembaga Swadaya Pemberdayaan Masyarakat Minaesa ini, merupakan solusi atas problem lingkungan hidup, baik sebagai program reboisasi yang ampuh bagi pengelolaan sumber daya air maupun sebagai sumber energi yang non-polutan. Resonansi gerakan ini sudah meluas diterima berbagai
kalangan hingga lembaga-lembaga internasional (misalnya: UNDP merekomendasikan untuk jadi program nasional di Indonesia; Pemerintah RI memberi Anugerah Kalpataru pada Yayasan Masarang – LSM di Tomohon yang aktif menanam pohon seho; pemerintah Perancis memasukkan program ini dalam kebijakan bantuan luar negerinya sebagai perwujudan Protokol Kyoto, dan lain-lain).

Sejak mulai mengetuai K3 di awal tahun 1990-an, Oom Ventje menggalang sejumlah Kawanua di rantau untukmendirikan bank perkreditan rakyat sekaligus 5 unit yang tersebar di Minahasa. Sebagaimana sudah terbukti, lembaga permodalan ini sangat strategis menopang perekonomian rakyat di daerah yang terpuruk seiring jatuhnya nilai sejumlah hasil pertanian andalan seperti cengkih, kopra dan pala, ditambah sistem pembangunan nasional yang timpang serta tak adil terhadap daerah.
Bersama itu digalang pula perjuangan menyadarkan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bumi Sulawesi Utara yang menurut penelitian kaya dengan kandungan emas serta komoditas pertambangan lainnya tak boleh tidak harus diimbangi upaya serius dan memadai dalam menjaga ekosistemnya, atau harus menerima bencana tak tertolongkan bagi generasi mendatang!

Konsep Baku Beking Pande adalah sebuah karya terpenting Oom Ventje, sang pejuang-pemikir, dalam bidang falsafah dan kebudayaan. Falsafah ini bertujuan untuk membentuk manusia yang sungguh-sungguh memaksimalkan daya nalarnya sebagai potensi insani yang mendasari serta mengarahkan daya-daya lainnya demi mencapai kebahagiaan puncak melalui target-target real berupa kekayaan intelektual, material dan spiritual sekaligus. Optimasi daya nalar ini diantaranya mensyaratkan terbebasnya manusia dari segala keterhanyutan emosionalisme serta belenggu pemikiran mistis (tak terkecuali yang datang dari penghayatan ajaran agama secara keliru dan membodohkan umat). Hanya dengan jalan itulah bisa terbentuk masyarakat yang lebih rasional, damai dan produktif.

Dalam forum manapun alm. Oom Ventje tak lelah mengajak semua pihak untuk menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Bila HAM ditegakkan sungguh-sungguh, suatu bangsa akan terangkat martabatnya dan menjadi bangsa yang jaya, sambil ter minimasi segala ketidakadilan atas kaum minoritas dan masyarakat daerah pinggiran.

“Bukankah segala bentuk separatisme, disintegrasi nasional, dan sebagainya, itu tak lain bersumber dari ketidakadilan yang dialami kelompok-kelompok warga tertentu?!” tegas Oom Ventje Sumual yang wafat di pertengahan tahun 2010 ini.

Herman Nicolas Ventje Sumual
* Pangkat/NRP        : – Letkol Inf. / 15958 (Brigadier Jenderal ADREV)
* Tempat & Tgl Lahir : – Remboken/Minahasa, 11 Juni 1923
* Istri              : 1. (Orang Jawa) cerai?
2. Henny Lie Pondaag (cerai 1961)
3. Hetty Warouw (bekas istri Dee Gerungan)
* Pendidikan Umum    : – Holland Inlandsche School (HIS) di Minahasa
- Meer Uitgrebreid Lager Onderwijs (MULO) di Minahasa
- Kotabu Kain Yo Seijo Sekolah Pelayaran Tinggi
Kaigun Jepang (Bagian Mesin) di Makassar (1942-1944)
- Fakultas Hukum – UGM di Yogyakarta (1946-1948)
* Pendidikan Militer : – Sekolah Staf & Komando AD (SSKAD)
* Jabatan dalam Pergolakan :  Panglima TT-VII/Wirabuana – Indonesia Timur
Proklamator Permesta 1957
Ketua Dewan Tertinggi Permesta
Kepala Staf Angkatan Darat Revolusioner PRRI
Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) RPI
Pengalaman Kerja :
* 1945-1948 : – Jakarta Liaison Officer untuk KRIS
- Pucuk Pimpinan Laskar “KRIS”
- (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) di Yogyakarta
- Kuliah di Fakultas Hukum-UGM di Yogyakarta
- Perang Kemerdekaan I (Clash I) sbg Perwira Staf Brigade-XII
(ex Laskar KRIS) di Yogyakarta
* 1948-1950 : – Kepala Staf KRU-X (ex Brigade XII) di Yogyakarta
- Kepala Staf Brigade-XVI (ex KRU-X) di Yogyakarta (1948)
- Komandan SWK-103A/WK-III di Yogyakarta (1949)
* 1950-1952 : – Perwira Staf Angkata Darat di Jakarta
- Pamen (perwira menengah) pada
Komisi Militer Indonesia Timur di Manado
- Pamen Territorial Komando Pasukan SU-MU
(Sulawesi Utara/Tengah & Maluku) di Manado
- Komandan Komando Pasukan SU-MU
(KOMPAS B) di Manado (RI-24)
* 1952-1953 : – Mengikuti pendidikan Militer Sekolah Staf & Komando
Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung
- Kasi-I Inspektorat Infanteri Angkatan Darat di Bandung
* 1953-1956 : – Komandan Latihan & Inspektur Pendidikan di Bandung
* 1956-1958 : – Kepala Staf Tentara & Territorium VII/Wirabuana -
Indonesia Timur (Kep. Sunda Kecil/Nusatenggara,
Sulawesi, Maluku & Irian Barat) di Makassar
- Panglima TT VII/Wirabuana-Indonesia Timur
- Kepala Pemerintahan Militer Indonesia Timur PERMESTA
* 1958-1960 : – Kepala Staf Angkatan Darat Revolusioner (ADREV) PRRI di Manado
* 1960-1961 : – Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) Republik Persatuan Indonesia
(RPI) di Manado (Februari 1960-1961)
* 1961-1966 : – Menyerah tanpa syarat kepada Pemerintah Orde Lama dan
ditahan  di RTM (Rumah Tahanan Militer) di Jakarta
- Dibebaskan dari Tahanan oleh Pimpinan Orde Baru
selanjutnya bergerak di bidang usaha di Jakarta
- Aktif membantu pimpinan Orde baru bersama Presiden RI
Bidang khusus Keamanan & Politik di Jakarta
- Direktur Utama Kelompok Usaha PT. Konsultasi Pembangunan
di Jakarta
- Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia
(GABSI) Pusat (1982-1986?)
- Aktif dalam Organisasi Paguyuban WHERKREISE III
Yogyakarta (Bendahara Umum) di Jakarta
- Aktif dalam Yayasan Serangan Umum 1 Maret 1949
(salah satu Ketua) di Jakarta
- Aktif Organisasi “SOKSI” (Anggota Majelis Pertimbangan
& Pengawasan Organisasi/MPPO) di Jakarta
- Aktif dalam organisasi Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK)
Jakarta (Ketua Umum)
- Aktif dalam organisasi Yayasan Gerakan Maju (Gerak Maju)
Mapalus Raya di Jakarta (Ketua Umum)
Peranan :
* Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, sebagai
Komandan SWK-103A/Jogja Barat WK-III, memimpin serangan dari
arah barat serta berhasil menyerang markas besar tentara Belanda
(T-Brigade) di tengah-tengah kota Yogyakarta
* Sebagai Panglima Tentara & Territorium VII/Wirabuana-Indonesia
Timur (Kep.Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku & Irian Barat)
menandatangani, memproklamasikan serta memimpin langsung
perjuangan  Piagam Perdjuangan Semesta (“PERMESTA“)
* Setelah dibebaskan dari tahanan Orde Lama oleh  pimpinan Orde
Baru, selain bergerak di bidang usaha juga aktif membantu
pimpinan Orde Baru bersama Aspri – Presiden RI bidang Khusus
Keamanan & Politik (OPSUS) dalam hal:
-  Stabilisasi Keamanan & Politik Dalam Negeri
- Dukungan Politik & Ekonomi dari Luar Negeri
( Phi;ipina, Cina Nasionalis/Taiwan, Thailand, Jepang)
- Penjajakan pembentukan ASEAN
Semboyan dalam PERMESTA:
“Lebih baik dijajah bangsa asing,
daripada dijajah sukubangsa sendiri“
Sumber: * Baku Beking Pande, Yayasan Gema Mapalus Raya 1993
* Baku Beking Pande (BBP): Falsafah Kepemimpinan & Pedoman Hidup Manusia Kawanua,
HN Sumual, Yayasan Gema Mapalus Raya, 1993
* Permesta: Pemberontakan Setengah Hati, Barbara S. Harvey, Grafiti Pers
* Permesta: Jejak-jejak Pengembaraan, Phill M Sulu, Pustaka Sinar Harapan
* Ventje Sumual: Menatap Hanya Ke Depan – Biografi Seorang Patriot, Filsuf, Gembong Pemberontak,
B.E.Matindas & Bert Supit, Penerbit Bina Insani
* Apa & Siapa: Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986,Tempo
* Apa & Siapa: Sejumlah Orang –Orang Sulawesi Utara. 1999, Alvin Ratag

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laksamana TNI Pur. Rudolf Kasenda

A.A. Maramis